INOVASI PEMBUATAN GEOPOLIMER SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL ORNAMEN ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI BERKELANJUTAN
DOI:
https://doi.org/10.62603/konteks.v2i1.246Kata Kunci:
inovasi, geopolimer, Arsitektur Tradisional Bali, keberlanjutanAbstrak
Inovasi penggunaan tanah batu apung sebagai bahan dasar ornamen tradisional Bali semakin luas, terutama pada fasilitas umum dan tempat suci, seperti pura. Salah satunya adalah Pemugaran Pura Dalem Penegil Dharma di Desa Kubutambahan, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Dalam praktiknya, tanah batu apung alami dicampur dengan semen pozzolan sebagai pengikat sebelum dicetak dan diukir. Namun, untuk memenuhi standar Bangunan Hijau yang berkelanjutan, penggunaan semen pozzolan perlu dikurangi dan diganti dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Penelitian laboratorium telah menguji geopolimer sebagai pengganti 100% semen pozzolan. Campuran prekursor dan aktivator memiliki perbandingan 75%:25% (SP-2) dan 80%:20% (SP-3), menggunakan tanah batu apung dari Desa Bungkulan serta aktivator alkali Na2SiO3 dan NaOH dengan rasio 2:1. Uji berat volume dan kuat tekan dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari, sementara uji kuat tarik belah pada 28 hari. Sebagai kontrol, spesi dengan perbandingan 1 semen: 3 tanah batu apung (SP-1) diuji sesuai praktik lapangan. Hasil menunjukkan sifat mekanis geopolimer hampir setara dengan spesi semen pozzolan. Pada umur 28 hari, berat volume spesi semen pozzolan (SP-1) 1608,3 kg/m³, geopolimer (SP-2: 1645,9 kg/m³, SP-3: 1825,5 kg/m³), serta kuat tekan spesi semen pozzolan (SP-1) 9,93 MPa dan geopolimer (SP-2: 9,53 MPa, SP-3: 14,87 MPa). Kuat tarik belah geopolimer (SP-2: 1,36 MPa, SP-3: 1,47 MPa) tidak berbeda signifikan dengan spesi semen pozzolan. Geopolimer dapat menjadi alternatif material ornamen Bali yang ramah lingkungan.