DINAMIKA GARIS PANTAI SURABAYA TAHUN 1994 – 2023
DOI:
https://doi.org/10.62603/konteks.v1i2.24Kata Kunci:
Akresi, Antropogenik, Dinamika, Erosi, Garis Pantai SurabayaAbstrak
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, Surabaya
merupakan salah satu kota pesisir yang mengalami perubahan garis pantai secara dinamis. Menjadi
salah satu kota metropolitan membuat pesisir Surabaya mengalami berbagai aktivitas manusia. Hal ini
seperti pembangunan pelabuhan, pembangunan pemukiman baru di kawasan pesisir, perubahan fungsi
tata guna lahan demi kepentingan ekonomi dan sebagainya. Aktivitas tersebut memberikan dampak
negatif di kawasan pesisir seperti fenomena erosi di kawasan konservasi hutan Mangrove di pesisir
Surabaya. Pemantauan kawasan pesisir secara temporal dapat menggunakan teknologi pengindraan
jauh, pada penelitian ini menggunakan data citra satelit Landsat tahun 1994 dan tahun 2023. Kedua
garis pantai tersebut dilakukan proses tumpah tindih (overlaying menggunakan ArcGIS) guna
mendapatkan perubahan luasan yang diakibatkan fenomena erosi, fenomena akresi dan fenomena
antropogenik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total perubahan luas area dikarenakan fenomena
antropogenik sebesar 2163997.4 m2. Alasan bertambahnya area tersebut dikarenakan pembangunan dan
perluasan wilayah Teluk Lamong dan Tanjung Perak. Sedangkan perubahan dikarenakan fenomena
akresi sebesar 10085066.8 m2 dan erosi sebesar 214673.7 m2 (pembalakan liar hutan Mangrove). Perlu
adanya pemantauan khusus kawasan pesisir Timur misalnya di kecamatan Mulyorejo, kecamatan
Sukolilo, kecamatan Rungkut dan kecamatan Gunung Anyar. Hal ini dikarenakan terjadi nilai
perubahan area yang cukup besar di kawasan-kawasan tersebut. Perlu adanya kerjasama yang apik
antara pemerintah lokal dengan penduduk lokal demi pengelolaan kawasan pesisir yang lebih baik.