Analisa Dampak Perubahan Produksi Minimum Tenaga Kerja dan Peralatan Terhadap Waktu penyelesaian Item Pekerjaan, Biaya dan Keuntungan.
Studi Kasus: Data Rencana Anggaran Biaya Proyek Peningkatan Jalan Tetaf - SP. Niki-niki Tahun 2023
DOI:
https://doi.org/10.62603/konteks.v2i2.203Kata Kunci:
Produksi Minimum, Waktu Penyelesaian, Biaya, KeuntunganAbstrak
Produksi minimum adalah kemampuan produksi terkecil dari kelompok tenaga kerja maupun peralatan yang bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dalam satu satuan waktu (jam/hari). Jika produksi minimum terjadi pada tenaga kerja maka peralatan menganggur, sebaliknya jika produksi minimum terjadi pada alat maka tenaga kerja menganggur. Dari hasil produksi minimum, bisa ditentukan besarnya waktu penyelesaian dengan cara volume item pekerjaan yang bersangkutan dibagi dengan produksi minimumnya. Apabila produksi minimum rendah, maka koefisien menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan waktu penyelesaian waktu bertambah, biaya proyek menjadi besar dan keuntungan menjadi rendah. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari CV. PUBAGOT JAYA ABADI yaitu data Rencana Anggaran Biaya (RAB) proyek peningkatan jalan Tetaf, SP Niki-niki, TTS tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari perubahan produksi minimum dari sumber daya tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu penyelesaian item pekerjaan, biaya dan keuntungan. Perubahan produksi minimum mengunakan simulasi perubahan produksi minimum -20% sampai +20% dengan interval 4%. Hasil analaisa mengenaik tujuan dari penelitian ini adalah waktu penyelesaian item pekerjaan pada item pekerjaan lapis resap aspal cair/emulsi pada produksi minimum tenaga kerja dan peralatan pada kondisi -20% menjadi 9,90 hari, kemudian pada kondisi 0% menjadi 7,92 hari, kemudian meningkat +20% maka waktu penyelesaian menjadi 6,60 hari. Untuk biaya proyek normalnya sebesar Rp. 35.009.357.405,01 kemudian ketika mengunakan produksi minimum tenaga kerja dan peralatan pada kondisi 0% biaya proyek menjadi Rp. 42.242.743.833,33, kemudian ketika produksi minimum disimulasi menurun pada kondisi -20% biaya proyek menjadi Rp. 45.511.261.687,82, ketika dilakukan simulasi kenaikan produksi minimum +20% maka biaya proyek menjadi Rp. 40.172.121.585,54. Selanjutnya untuk keuntungan atau kerugian, untuk keuntungan normalnya sebesar Rp. 3.477.129.081,48, keutungan atau kerugian yang didapat tergantung pada perubahan biaya proyek akibat produksi minimum dan simulasi perubahan produksi minimum, ketika produksi minimum tenaga kerja dan peralatan pada kondisi 0% terjadi kerugian sebesar Rp. -3.756.257.346,84 dikarenakan biaya proyek yang meningkat akibat produksi minimum, kemudian pada kondisi -20% kerugian menjadi Rp. -7.024.775.201,34, selanjutnya pada kondisi +20% kerugian berkurang menjadi Rp. -1.685.635.099,05.