PENGARUH FREKUENSI PEMAKAIAN DAN PENCUCIAN GALON TERHADAP KELIMPAHAN MIKROPLASTIK PADA AIR OLAHAN DAMIU
DOI:
https://doi.org/10.62603/konteks.v1i6.134Kata Kunci:
mikroplastik, air minum, DAMIU, galon, mesin sikatAbstrak
Di Indonesia, botol plastik isi ulang yang sering disebut dengan istilah galon biasanya memiliki volume 19 liter.
Banyak masyarakat Indonesia, terutama masyarakat menengah ke bawah, yang memanfaatkan air olahan dari depot
air minum isi ulang (DAMIU) sebagai air minum. Saat ini, keberadaan mikroplastik dalam air minum menjadi
kekhawatiran masyarakat di seluruh dunia karena potensi dampaknya terhadap kesehatan. Penelitian ini mengkaji
pengaruh lamanya pemakaian galon dan frekuensi pencucian galon terhadap kelimpahan mikroplastik pada air olahan
dari depot air minum isi ulang. Kelimpahan mikroplastik diteliti dengan pengambilan sampel pada penggunaan galon
di hari ke 10, 20, dan 30, dengan pengisian galon setiap 2 hari sekali selama satu bulan. Selain itu untuk pencucian
galon menggunakan mesin sikat dengan variasi waktu 30 detik, 90 detik, dan pencucian tanpa disikat. Sampel galon
merupakan galon yang baru. Nilai kelimpahan mikroplastik pada hari ke-30 lebih besar jika dibandingkan dengan
sampel pada hari ke-10 dan ke-20. Semakin sering galon digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama, semakin
besar nilai kelimpahan mikroplastiknya. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencuci galon menggunakan
mesin sikat, maka semakin banyak pula mikroplastik yang ada. Kisaran ukuran mikroplastik dalam air yang diolah
adalah 20–250 m, serta berbentuk fiber, fragment, dan film. Nylon, Nitrile, Polycarbonate (PC), Polyethylene
terephthalate (PETE), Polyvinyl terephthatlate (PVC), dan High-density polyethylene (HDPE) termasuk di antara
polimer mikroplastik yang diidentifikasi melalui hasil uji FTIR.